Pondok Pesantren Al-Mutawally Desa Bojong Kec Cilimus Kab Kuningan
Selasa, 26 November 2019
Tulis Komentar
Pondok Pesantren Al-Mutawally yang terletak di Desa Bojong Kec Cilimus Kab Kuningan dirintis sejak lama, Nama al-Mutawally diambil dari Abah/Buyut Mutawally atau Thahiyyah atau Sirajurrosyidin yang pada masa penjajahan Belanda merupakan pejuang kemerdekaan yang disegani dan ditakuti oleh Penjajah Belanda. Kebesaran namanya semakin harum karena banyaknya orang dari berbagai kota, terutama daerah Pekalongan, Tegal dan daerah sekitarnya, yang berguru atau menjadi santri Abah Mutawally.
Abah Mutawally meninggal dunia pada tahun 1957, dan setelah itu anak keturunannya tidak dapat melanjutkan estafet keilmuan dan kepemimpinannya dikarenakan situasi dan kondisi saat itu yang tidak stabil. Akibatnya, pondok pesantren yang didirikan dan dibesarkan oleh Abah Mutawally tidak bisa bertahan. Hanya Mushola yang bernama Sirajurrasyidin yang masih bertahan.
Pada tahun 1989, atas dasar kesadaran dan semangat juang untuk menegakkan Syariat Islam dan melanjutkan semangat juang Abah Mutawally, berkumpullah cucu, cicit, buyut Abah Mutawally dan bersepakat untuk mendirikan Yayasan al-Mutawally yang bergerak dalam bidang Pendidikan, Dakwah dan Ibadah Sosial. Pada tahun 1990, berdirilah sebuah bangunan yang terdiri 6 kamar yang menjadi cikal bakal Pesantren al-Mutawally.
Karena keterbatasan dana dan sumber daya manusia yang mengelolanya, pemanfaatan terhadap bangunan tersebut belum berjalan maksimal, sehingga kegiatan yang ada hanyalah pengajian yang berjalan seperti di mushola-mushola, yakni pengajian al-Qur’an dan Tajwid saja dengan diikuti oleh kurang lebih 10 santri kalong karena mereka tidak mondok dan menetap secara permanen.
Pada tahun 1991, Yayasan al-Mutawally di bawah kepemimpinan Drs. K.H. Nunung Abdullah Dunun yang baru pulang dari Tanah Suci Mekah untuk melaksanakan Ibadah Haji memulai upaya upaya terobosan untuk memajukan pesantren, yakni dengan mendirikan lembaga formal SMP Islam al-Mutawally yang saat pertama kali siswanya berjumlah 10 orang, dan keadaan statis ini berjalan sampai dengan tahun 1994-1995 yang jumlah siswa seluruhnya 30 orang dengan tidak diwajibkan tinggal di pesantren, sehingga yang mengikuti pengajian hanya berjumlah 10 orang santri kalong.
Pada tahun pelajaran 1995-1996, pengurus yayasan melakukan terobosan radikal ketika mengubah SMP Islam al-Mutawally menjadi MTs al-Mutawally dan siswa yang direkrut adalah anak-anak dari keluarga kurang mampu atau anak yatim/piatu yang berjumlah 30 orang dan semuanya diwajibkan menetap di pesantren. Maka sejak saat itu, sistem pesantren mulai berjalan karena adanya santri yang menetap di asrama.
Pada tahun pelajaran 2002/2003, kembali yayasan melakukan terobosan dengan mendirikan Madrasah Aliyah (MA) dengan spesialisasi program keagamaan (MAK). Seiring dengan terbitnya beberapa aturan sebagai tindak lanjut dari UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan sebagai upaya mensinergikan antara pesantren dan madrasah, mulai tahun ajaran 2006/2007, spesialisasi madrasah berubah menjadi program Bahasa. Namun karena pemerintah tidak mengakui Bahasa Arab sebagai salah satu prasyarat bagi program ini, program studi MA berubah menjadi program Ilmu Pengetahun Sosial.
Sejak berdirinya hingga akhir tahun pelajaran 2007/2008, pesantren dan madrasah berjalan secara terpisah dengan sistem pendidikan mandiri. Namun seiring dengan program rekonstruksi kelembagaan dan sistem pendidikan, mulai tahun ajaran 2008/2009 pesantren dan madrasah diintegrasikan di bawah satu struktur organisasi yang disebut Kuliyatul Mu’allimin al-Mutawally atau disingkat dengan KMA hingga sekarang.
Adapun gambaran mengenai kegiatan pendidikan di PP al-Mutawally sebagaimana yang diperoleh penulis melalui kegiatan observasi lapangan yang dilakukan pada 11 Oktober 2014 adalah sebagai berikut:
Perincian dari tabel di atas adalah bahwa kegiatan Pesantren dari mulai bangun pagi pada pukul 03.30 WIB, bangun tidur yang diteruskan dengan Shalat tahajjud, hajat, witir, membaca al-Qur`an, belajar dan sebagainya. Sampai dilaksanakannya Shalat subuh berjama`ah, kemudian dilanjutkan mengaji tafsir jauhar al-Taudid, Ta`lim al-Muta`allim kecuali hari Rabu (Muhadasah) dan Ahad (Conversation). Setelah itu para santri melaksanakan piket makan dan mandi.
Abah Mutawally meninggal dunia pada tahun 1957, dan setelah itu anak keturunannya tidak dapat melanjutkan estafet keilmuan dan kepemimpinannya dikarenakan situasi dan kondisi saat itu yang tidak stabil. Akibatnya, pondok pesantren yang didirikan dan dibesarkan oleh Abah Mutawally tidak bisa bertahan. Hanya Mushola yang bernama Sirajurrasyidin yang masih bertahan.
Pada tahun 1989, atas dasar kesadaran dan semangat juang untuk menegakkan Syariat Islam dan melanjutkan semangat juang Abah Mutawally, berkumpullah cucu, cicit, buyut Abah Mutawally dan bersepakat untuk mendirikan Yayasan al-Mutawally yang bergerak dalam bidang Pendidikan, Dakwah dan Ibadah Sosial. Pada tahun 1990, berdirilah sebuah bangunan yang terdiri 6 kamar yang menjadi cikal bakal Pesantren al-Mutawally.
Karena keterbatasan dana dan sumber daya manusia yang mengelolanya, pemanfaatan terhadap bangunan tersebut belum berjalan maksimal, sehingga kegiatan yang ada hanyalah pengajian yang berjalan seperti di mushola-mushola, yakni pengajian al-Qur’an dan Tajwid saja dengan diikuti oleh kurang lebih 10 santri kalong karena mereka tidak mondok dan menetap secara permanen.
Pada tahun 1991, Yayasan al-Mutawally di bawah kepemimpinan Drs. K.H. Nunung Abdullah Dunun yang baru pulang dari Tanah Suci Mekah untuk melaksanakan Ibadah Haji memulai upaya upaya terobosan untuk memajukan pesantren, yakni dengan mendirikan lembaga formal SMP Islam al-Mutawally yang saat pertama kali siswanya berjumlah 10 orang, dan keadaan statis ini berjalan sampai dengan tahun 1994-1995 yang jumlah siswa seluruhnya 30 orang dengan tidak diwajibkan tinggal di pesantren, sehingga yang mengikuti pengajian hanya berjumlah 10 orang santri kalong.
Pada tahun pelajaran 1995-1996, pengurus yayasan melakukan terobosan radikal ketika mengubah SMP Islam al-Mutawally menjadi MTs al-Mutawally dan siswa yang direkrut adalah anak-anak dari keluarga kurang mampu atau anak yatim/piatu yang berjumlah 30 orang dan semuanya diwajibkan menetap di pesantren. Maka sejak saat itu, sistem pesantren mulai berjalan karena adanya santri yang menetap di asrama.
Pada tahun pelajaran 2002/2003, kembali yayasan melakukan terobosan dengan mendirikan Madrasah Aliyah (MA) dengan spesialisasi program keagamaan (MAK). Seiring dengan terbitnya beberapa aturan sebagai tindak lanjut dari UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan sebagai upaya mensinergikan antara pesantren dan madrasah, mulai tahun ajaran 2006/2007, spesialisasi madrasah berubah menjadi program Bahasa. Namun karena pemerintah tidak mengakui Bahasa Arab sebagai salah satu prasyarat bagi program ini, program studi MA berubah menjadi program Ilmu Pengetahun Sosial.
Sejak berdirinya hingga akhir tahun pelajaran 2007/2008, pesantren dan madrasah berjalan secara terpisah dengan sistem pendidikan mandiri. Namun seiring dengan program rekonstruksi kelembagaan dan sistem pendidikan, mulai tahun ajaran 2008/2009 pesantren dan madrasah diintegrasikan di bawah satu struktur organisasi yang disebut Kuliyatul Mu’allimin al-Mutawally atau disingkat dengan KMA hingga sekarang.
Visi dan Misi Pondok Pesantren al-Mutawally
Visi, misi dan tujuan Pondok Pesantren al-Mutawally yaitu “Terwujudnya lembaga pendidikan unggulan dalam pengamalan nilai-nilai imtaq, penguasaan iptek dan pembangunan karakter karimah“. Sehingga memunculkan misi yang diharapkan yaitu meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajara Islam, menyelenggarakan program pendidikan pembangunan karakter (character building), meningkatkan wawasan, pemahaman dan penguasaan Iptek, meningkatkan penguasan bahasa asing (Arab dan Inggris) serta menerapkan manajemen pendidikan dengan melibatkan sivitas akademika dan masyarakat (Dokumentasi PP al-Mutawally:2014).Susunan Kepengurusan Pondok Pesantren al-Mutawally
Susunan kepengurusan di PP al-Mutawally Desa Bojong Kecamatan Cilimus adalah sebagai berikut:Kegiatan Pendidikan di Pondok Pesantren al-Mutawally
Kegiatan di Pondok Pesantren al-Mutawally seperti halnya di Pondok Pesantren yang lain, namun, ada beberapa hal yang berbeda pada Pesantren ini dikarenakan tujuan yang harus tercapai. Seperti kegiatan pengembanga minat dan bakat, yang tentunya Pesantren memfasilitasi bakat dan minat para santri.Adapun gambaran mengenai kegiatan pendidikan di PP al-Mutawally sebagaimana yang diperoleh penulis melalui kegiatan observasi lapangan yang dilakukan pada 11 Oktober 2014 adalah sebagai berikut:
Perincian dari tabel di atas adalah bahwa kegiatan Pesantren dari mulai bangun pagi pada pukul 03.30 WIB, bangun tidur yang diteruskan dengan Shalat tahajjud, hajat, witir, membaca al-Qur`an, belajar dan sebagainya. Sampai dilaksanakannya Shalat subuh berjama`ah, kemudian dilanjutkan mengaji tafsir jauhar al-Taudid, Ta`lim al-Muta`allim kecuali hari Rabu (Muhadasah) dan Ahad (Conversation). Setelah itu para santri melaksanakan piket makan dan mandi.
Pukul 07.00. mulai masuk sekolah sampai jam 15.00 wib, setelah itu Shalat Ashar dan melaksanakan PMB (Pengembangan Minat dan Bakat) sampai pukul 16.00 WIB, setelah itu Shalat Maghrib berjama`ah, kemudian dilanjutkan belajar setelah magrib sampai waktu Isya, pada pukul 20.00-21.00 seluruh santri wajib melaksanakan belajar intensif di tempat yang sudah ditentukan oleh Ospama (Organisasi Santri Pelajar al-Mutawally), setelah intensif mereka diwajibkan untuk beristirahat dan tidur.
Belum ada Komentar untuk "Pondok Pesantren Al-Mutawally Desa Bojong Kec Cilimus Kab Kuningan"
Posting Komentar