Kerajaan Kahuripan Terbelah Dua
Jumat, 20 September 2019
Tulis Komentar
Kerajaan Kahuripan adalah kerajaan yang didirikan Airlangga, menantu Raja terakhir Kerajaan Medang yang berhasil menyelamatkan diri dari pembunuhan pada pristiwa Mahapralaya. Kerajaan Kahuripadan didirikan pada Tahun 1009 Masehi, yaitu tepat 4 Tahun selepas Kerajaan Medang Runtuh (1006).
Setelah 36 Tahun memerintah Kahuripan, Airlangga mendapati kenyataan pahit sebab perpecahan di kerajaan yang didirikannya mulai tampak. Penyebabnya adalah saling berebut tahta di antara anak-anaknya.
Airlangga tidak memiliki anak laki-laki yang lahir dari Permaisuri, anak yang lahir dari Permaisurinya berjenis Klamin perempuan, oleh karena itu pada mulanya Airlangga menetapkan Putrinya sebagai calon pengganti dirinya.
Masalah di Kahuripan menjadi rued, ketika Putri Mahkota yang bernama Dewi Kili Suci atau Sang Gramawijaya Tunggadewi menolak menjadi Raja. Ia memilih menjadi seorang petapa. Sementara disisi lain dua anak laki-laki Airlangga dari selirnya begitu berambisi menjadi Raja. Keduanya merasa berhak atas tahta.
Kisruh perebutan tahta di Kahuripan terjadi sebelum Airlangga turun tahta (1045). Menurut serat calon arang, Airlangga kebingungan memilih calon penggantinya, karena kedua putranya bersaing sengit dalam merebutkan tahta. Mulanya, karena Airlangga seorang Putra Raja Bali, maka iapun berniat menempatkan salah satu putranya untuk dirajakan di Bali, akan tetapi upaya ini gagal karena Raja Udayana di Bali telah mengangkat Marakerta sebagai penggantinya.
Merasa buntu mencari jalan yang lebih aman, akhirnya dengan sangat terpaksa Airlangga membelah kerajannya, Airlangga menghendaki putra-putranya hidup rukun, ia tidak menghendaki pertumpahan darah diantara darah dagingnya.
Dipecahnya Kerajaan Kahuripan menjadi dua tujuannya adalah agar kedua anaknya sama-sama menjadi Raja. Tugas pembagian wilayah Kerajaan Kahuripan diserahkan kepada Empu Daksa, maka mulai selepas itu Kahuripan terbelah menjadi dua kerajaan.
Kabar mengenai dipecahnya Kerajaan Kahuripan menjadi dua bagian dikabarkan dalam Serat Calon Arang, Negara Kertagama dan Prasasti Turun Hyang II. Dua kerajaan yang berasal dari wilayah Kahuripan itu kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Kediri (Panjalu) dan Kerajaan Jenggala.
Kerajaan Kediri atau Panjalu adalah Kerajaan yang menempati wilayah barat Kahuripan, kerajaan Kediri berpusat di kota baru yaitu di Daha, adapun anak Airlangga yang memerintah kerajaan Kediri bernama Sri Samarawijaya.
Kerajaan Jenggala adalah Kerajaan yang wilayahnya menempati wilayah timur Kahuripan, pusat pemerintahannya berada di kota lama, yaitu Kahuripan, adapun anak Airlangga yang memerintah kerajaan Jenggala bernama Mapanji Garasakan.
Meskipun pada mulanya pembelahan Kerajaan Kahuripan oleh Airlangga bertujuan agar tidak ada pertumpahan darah diantara anak-anaknya akan tetapi pada akhirnya Perang diantara kedua kerajaan saudara itu meletus juga.Perang diantara kedua kerajaan terjadi bahkan ketika Airlangga masih hidup.
Airlangga meninggal pada Tahun 1049 Masehi, sementara perang Kediri Vs Jenggala meletus pertama kali pada Tahun 1044. Kala itu Airlangga sudah sangat tua ia menghabiskan hidupnya sebagai seorang resi.
Perang antara Kediri dan Jenggala terus diwariskan pada pemerintahan Raja-Raja Kediri dan Jenggala selanjutnya, perang baru berakhir pada Tahun 1130, sebab pada tahun itu Jenggala dapat ditaklukan Kediri. Maka mulai selepas itu tidak ada lagi peperangan, mengingat seluruh wilayah sudah dikuasai Kediri.
Setelah 36 Tahun memerintah Kahuripan, Airlangga mendapati kenyataan pahit sebab perpecahan di kerajaan yang didirikannya mulai tampak. Penyebabnya adalah saling berebut tahta di antara anak-anaknya.
Airlangga tidak memiliki anak laki-laki yang lahir dari Permaisuri, anak yang lahir dari Permaisurinya berjenis Klamin perempuan, oleh karena itu pada mulanya Airlangga menetapkan Putrinya sebagai calon pengganti dirinya.
Masalah di Kahuripan menjadi rued, ketika Putri Mahkota yang bernama Dewi Kili Suci atau Sang Gramawijaya Tunggadewi menolak menjadi Raja. Ia memilih menjadi seorang petapa. Sementara disisi lain dua anak laki-laki Airlangga dari selirnya begitu berambisi menjadi Raja. Keduanya merasa berhak atas tahta.
Kisruh perebutan tahta di Kahuripan terjadi sebelum Airlangga turun tahta (1045). Menurut serat calon arang, Airlangga kebingungan memilih calon penggantinya, karena kedua putranya bersaing sengit dalam merebutkan tahta. Mulanya, karena Airlangga seorang Putra Raja Bali, maka iapun berniat menempatkan salah satu putranya untuk dirajakan di Bali, akan tetapi upaya ini gagal karena Raja Udayana di Bali telah mengangkat Marakerta sebagai penggantinya.
Merasa buntu mencari jalan yang lebih aman, akhirnya dengan sangat terpaksa Airlangga membelah kerajannya, Airlangga menghendaki putra-putranya hidup rukun, ia tidak menghendaki pertumpahan darah diantara darah dagingnya.
Dipecahnya Kerajaan Kahuripan menjadi dua tujuannya adalah agar kedua anaknya sama-sama menjadi Raja. Tugas pembagian wilayah Kerajaan Kahuripan diserahkan kepada Empu Daksa, maka mulai selepas itu Kahuripan terbelah menjadi dua kerajaan.
Kabar mengenai dipecahnya Kerajaan Kahuripan menjadi dua bagian dikabarkan dalam Serat Calon Arang, Negara Kertagama dan Prasasti Turun Hyang II. Dua kerajaan yang berasal dari wilayah Kahuripan itu kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Kediri (Panjalu) dan Kerajaan Jenggala.
Kerajaan Kediri atau Panjalu adalah Kerajaan yang menempati wilayah barat Kahuripan, kerajaan Kediri berpusat di kota baru yaitu di Daha, adapun anak Airlangga yang memerintah kerajaan Kediri bernama Sri Samarawijaya.
Kerajaan Jenggala adalah Kerajaan yang wilayahnya menempati wilayah timur Kahuripan, pusat pemerintahannya berada di kota lama, yaitu Kahuripan, adapun anak Airlangga yang memerintah kerajaan Jenggala bernama Mapanji Garasakan.
Meskipun pada mulanya pembelahan Kerajaan Kahuripan oleh Airlangga bertujuan agar tidak ada pertumpahan darah diantara anak-anaknya akan tetapi pada akhirnya Perang diantara kedua kerajaan saudara itu meletus juga.Perang diantara kedua kerajaan terjadi bahkan ketika Airlangga masih hidup.
Airlangga meninggal pada Tahun 1049 Masehi, sementara perang Kediri Vs Jenggala meletus pertama kali pada Tahun 1044. Kala itu Airlangga sudah sangat tua ia menghabiskan hidupnya sebagai seorang resi.
Perang antara Kediri dan Jenggala terus diwariskan pada pemerintahan Raja-Raja Kediri dan Jenggala selanjutnya, perang baru berakhir pada Tahun 1130, sebab pada tahun itu Jenggala dapat ditaklukan Kediri. Maka mulai selepas itu tidak ada lagi peperangan, mengingat seluruh wilayah sudah dikuasai Kediri.
Belum ada Komentar untuk "Kerajaan Kahuripan Terbelah Dua"
Posting Komentar