Biografi K.H Muhamad, Pendiri PP Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon
Selasa, 24 September 2019
Tulis Komentar
K.H. Muhamad yang kala hidup biasa dipanggil oleh santrinya dengan sebutan Akang adalah pendiri Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy yang terletak di desa Babakan Kecamatan Ciwaringin Kabupaten Cirebon, Kiai Muhamad selama hidupnya dikenal sebagai pribadi yang ulet, pintar, bersahaja dan tegas. Dibawah asuhannya PP Kebon Jambu berkembang pesat menyamai pesantren-pesantren yang sudah berdiri di Babakan.
KH. Muhamad lahir pada tanggal 15 Juni 1947 di kampung Karang Anyar desa Winduhaji Kabupaten Kuningan. Beliau anak dari pasangan Bapak H. Aminta dan Ibu Hj. Tsani Rohimahumallah.
KH. Muhamad lahir pada tanggal 15 Juni 1947 di kampung Karang Anyar desa Winduhaji Kabupaten Kuningan. Beliau anak dari pasangan Bapak H. Aminta dan Ibu Hj. Tsani Rohimahumallah.
Pada usia 10 tahun, KH. Muhamad mulai belajar mengaji kepada Kiai Samud, seorang alim di lingkungan desanya sendiri. Selanjutnya pada saat menginjak usia remaja, dalam benak KH. Muhamad timbul keinginan untuk melanjutkan belajar keluar daerah dengan tujuan untuk memperkaya ilmu keagamaan keinginan mulia itu pun disampaikan kepada sang gurunya.
Setelah mendiskusikannya dengan orang tua KH. Muhamad, sang guru menunjukkan pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon sebagai tempat melanjutkan pendidikan ke pesantrennya, Pondok Roudhatut Tholibin (Pondok Gede) yang saat itu diasuh oleh KH. Amin Sepuh dan KH. Muhamad Sanusi yang juga berasal dari Winduhaji dipilih sebagai tempat menuntut ilmu.
Selama menuntut ilmu di Pesantren, sikap dan keilmuan KH. Muhamad menarik hati gurunya KH. Muhamad Sanusi, sehingga pada tahun 1973 dan bersamaan dengan memangku jabatan sebagai kepala pondok At-Taqwa, KH. Muhamad dinikahkan dengan Nyai Nadziroh, keponakan Kiai Sanusi.
Satu tahun kemudian, yaiu pada tahun 1974 Kiai Sanusi wafat, oleh karena itu sepeninggal gurunya, beliau meneruskan perjuangan sang guru dalam mengajarkan ilmu agama sebagaimana telah diamanatinya.
Setelah mendiskusikannya dengan orang tua KH. Muhamad, sang guru menunjukkan pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon sebagai tempat melanjutkan pendidikan ke pesantrennya, Pondok Roudhatut Tholibin (Pondok Gede) yang saat itu diasuh oleh KH. Amin Sepuh dan KH. Muhamad Sanusi yang juga berasal dari Winduhaji dipilih sebagai tempat menuntut ilmu.
Selama menuntut ilmu di Pesantren, sikap dan keilmuan KH. Muhamad menarik hati gurunya KH. Muhamad Sanusi, sehingga pada tahun 1973 dan bersamaan dengan memangku jabatan sebagai kepala pondok At-Taqwa, KH. Muhamad dinikahkan dengan Nyai Nadziroh, keponakan Kiai Sanusi.
Satu tahun kemudian, yaiu pada tahun 1974 Kiai Sanusi wafat, oleh karena itu sepeninggal gurunya, beliau meneruskan perjuangan sang guru dalam mengajarkan ilmu agama sebagaimana telah diamanatinya.
Atas perintah keluarga besar Kiai Sanusi, pada tahun 1975, Kiai Muhamad merintis dan mendirikan Pondok Kebon Melati dengan jumlah santrii sekitar dua puluhan mayoritas usianya hampir seumur dengan beliau.Di bawah kepemimpinan KH. Muhamad, pesantren tersebut mengalami perkembangan yang signifikan. Setiap tahun jumlah santri semakin bertambah, Awal hingga pertengahan tahun 1990-an, jumlah santri keseluruhan mencapai seribu santri.
Pada tahun 1992, duka kembali menyambangi KH. Muhamad dan keluarga pesantren, dimana Nyai Nadziroh wafat. Dengan meninggalkan 6 anak, yaitu: Mariyatul Qibtiyah, KH. Asror Muhamad, Siti Aisyah, Hj. Siti Maryam, Hasan Rahmat dan Siti Fatimah (Alm). Tak berlangsung lama, Allah SWT memberikan penggantinya sebab pada tahun 1993 KH. Muhamad menikahi Nyai. Hj.Masriyah Amva Binti KH. Amrin Hanan.
Pada masa selanjutnya, pesantren tersebut mengalami hambatan dan tantangan karena jumlah santri sudah sangat banyak yakni 925 orang, namun fasilitas yang dimiliki masih sangat terbatas. Sehingga pada tanggal 7 Nopember 1993, KH. Muhamad bersama istri dan para santri memilih untuk mengembangkan dan pindah ke Kebon Jambu.
Tahun 2006, merupakan tahun berkabung bagi keluarga besar Pondok Pesantren Kebon Jambu, karena pada tanggal 1 Nopember 2006 KH. Muhamad wafat. Sejak itu, tampuk kepemimpinan dipegang oleh istrinya Nyai Hj. Masriyah Amva. Disamping itu, dibentuklah Dewan Pengasuh yang dipimin oleh KH. Asror Muhamad (putra ke-2) dan beranggotakan K. Syafi’i Atsmari (menantu), K.Syamsul Ma'arif (menantu), dan K. Muhyiddin untuk melanjutkan kepemimpinan pesantren dengan dibantu MPP (Majlis Pembimbing Pesantren) yang beranggotakan para alumni yang tinggal di sekitar pesantren.
Pada tahun 1992, duka kembali menyambangi KH. Muhamad dan keluarga pesantren, dimana Nyai Nadziroh wafat. Dengan meninggalkan 6 anak, yaitu: Mariyatul Qibtiyah, KH. Asror Muhamad, Siti Aisyah, Hj. Siti Maryam, Hasan Rahmat dan Siti Fatimah (Alm). Tak berlangsung lama, Allah SWT memberikan penggantinya sebab pada tahun 1993 KH. Muhamad menikahi Nyai. Hj.Masriyah Amva Binti KH. Amrin Hanan.
Pada masa selanjutnya, pesantren tersebut mengalami hambatan dan tantangan karena jumlah santri sudah sangat banyak yakni 925 orang, namun fasilitas yang dimiliki masih sangat terbatas. Sehingga pada tanggal 7 Nopember 1993, KH. Muhamad bersama istri dan para santri memilih untuk mengembangkan dan pindah ke Kebon Jambu.
Tahun 2006, merupakan tahun berkabung bagi keluarga besar Pondok Pesantren Kebon Jambu, karena pada tanggal 1 Nopember 2006 KH. Muhamad wafat. Sejak itu, tampuk kepemimpinan dipegang oleh istrinya Nyai Hj. Masriyah Amva. Disamping itu, dibentuklah Dewan Pengasuh yang dipimin oleh KH. Asror Muhamad (putra ke-2) dan beranggotakan K. Syafi’i Atsmari (menantu), K.Syamsul Ma'arif (menantu), dan K. Muhyiddin untuk melanjutkan kepemimpinan pesantren dengan dibantu MPP (Majlis Pembimbing Pesantren) yang beranggotakan para alumni yang tinggal di sekitar pesantren.
Belum ada Komentar untuk "Biografi K.H Muhamad, Pendiri PP Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon"
Posting Komentar