Metode Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual)

Istilah metode atau pendekatan pembelajaran SAVI sebenarnya kependekan dari gabungan kata Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual. Adapun yang dimaksud dengan somatis adalah belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori bermaksud belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual bermaksud belajar dengan mengamati dan menggambarkan, adapun yang dimaksud dengan intelektual adalah belajar dengan memecahkan masalah dan merenung/berfikir. (Meier, 2004: 91-92)

Hal tersebut senada dengan apa yang didefinisikan oleh Suyatno (2009: 62), yang menyatakan kependekan dari somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands on, aktivitas fisik) dimana cara belajar dengan mengalami dan melakukan; auditory yang bermakna belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menaggapi; visualisation yang bermakna belajar haruslah menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan intelectually yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan menggunakan kemampuan berfikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengindentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan (Suyatno, 2009: 62)

Pendekatan SAVI dalam belajar memunculkan sebuah konsep belajar yang disebut Belajar Berdasar Aktivitas (BBA). Belajar Berdasar Aktivitas (BBA) berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar. Pelatihan konvensional cenderung membuat orang tidak aktif secara fisik dalam jangka waktu yang lama. Terjadilah kelumpuhan otak dan belajar pun melambat layaknya merayap atau bahkan berhenti sama sekali. Mengajak orang untuk bangkit dan bergerak secara berkala akan menyegarkan tubuh, meningkatkan peredaran darah ke otak, dan dapat berpengaruh positif pada belajar. (Hamruni, 2008: 167)

Berdasarkan penjelasan di atas, dapatlah dipamami bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaan SAVI dalam penelitian ini adalah metode belajar yang didalamnya menuntut peserta didik untuk bergerak aktif secara fisik ketika belajar baik somatic, auditory, visualisation serta intellectually-nya, sehingga nantinya materi pembelajaran dapat diserap dengan baik oleh peserta didik.

Prinsip Dasar Metode Pembelajaran SAVI

Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan Accelerated Learning (AL), Meier (2004) juga menyebutkan bahwa guru harus paham prinsip-prinsip SAVI sehingga mampu menjalankan model pembelajaran dengan tepat. Prinsip tersebut adalah:
  1. Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh 
  2. Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi
  3. Kerjasama membantu proses pembelajaran 
  4. Pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan 
  5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik. 
  6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran
  7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

Karakteristik Metode Pembelajaran SAVI

Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatis, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu:
  • Somatis
Kata “Somatis” berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh – soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh. (Meier, 2004: 92)
  • Auditori
Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, atau menciptakan makna-maknan pribadi bagi diri mereka sendiri. (Meier, 2004: 95)
  • Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. (Meier, 2004: 97)
  • Intektual
Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah. (Meier, 2004: 99)

Bergerak aktif secara fisik dalam metode SAVI dapat digambarkan dengan gambaan fisik manusia sebagaimana berikut:
Metode SAVI
Belajar dapat optimal jika keempat karakteristik dari SAVI di atas ada dalam satu peristiwa pembelajaran. Misalnya, orang akan dapat belajar sedikit dengan menyaksikan prsentasi (V), tetapi mereka dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu ketika presentasi sedang berlangsung (S), membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara menerapkan informasi dalam presentasi tersebut dalam pekerjaan mereka (I). 

Dengan kata lain akal menerima fakta dari indra untuk kemudian diintreprestasikan dengan informasi terkait. Sehingga fakta dapat dimaknai dari penggabungan informasi tersebut.

Tahapan-tahapan metode pembelajaran SAVI

Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. Kreasi apapun, guru perlu dengan matang, dalam keempat tahap tersebut (Suyatno, 2009:34):
  • Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal:
  1. Memberikan sugesti positif 
  2. Meberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
  3. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
  4. Membangkitkan rasa ingin tahu
  5. Menciptakan lingkungan fisik yang positif
  6. Menciptakan lingkungan emosional yang positif
  7. Menciptakan lingkungan social yang positif
  8. Menenangkan rasa takut 
  9. Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar 
  10. Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah 
  11. Merangsang rasa ingin tahu siswa l) Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal
  • Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yang dapat dilakukan guru:
  1. Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan 
  2. Pengamatan fenomena dunia nyata 
  3. Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh 
  4. Presentasi interaktif 
  5. Grafik dan sarana yang presetasi berwarna-warni 
  6. Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar 
  7. Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
  8. Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
  9.  Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
  10. Pelatihan memecahkan masalah
  • Tahap Pelatihan (Kegiata Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
  1. Aktivitas pemrosesan siswa 
  2. Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali 
  3. Simulasi dunia-nyata 
  4. Permainan dalam belajar 
  5. Pelatihan aksi pembelajaran 
  6. Aktivitas pemecahan masalah 
  7. Refleksi dan artikulasi individu 
  8. Dialog berpasangan atau berkelompok 
  9. Pengajaran dan tinjauan kolaboratif 
  10. Aktivitas praktis membangun keterampilan 
  11. Mengajar balik
  • Tahap Penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah: 
  1. Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera 
  2. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi 
  3. Aktivitas penguatan penerapan 
  4. Materi penguatan persepsi 
  5. Pelatihan terus menerus 
  6. Umpan balik dan evaluasi kinerja 
  7. Aktivitas dukungan kawan 
  8. Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.
  • Langkah-langkah metode pembelajaran SAVI
  1. Siswa membaca materi pelajaran yang akan dipelajari dengan suara keras ( A ) 
  2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, 4-5 anggota pada setiap kelompok ( S ) 
  3. Siswa/ setiap kelompok mengamati media gambar yang diberikan oleh guru dan mendiskusikannya ( V )
  4. Setiap kelompok mmendemonstrasikan hasil kerja kelompoknya di depan siswa yang lain sesuai dengan materinya ( I )
Demikianlah penjelasan mengenai metode pembelajaran SAVI, semoga tulisan tersebut memberikan pemahaman yang utuh pada pembaca mengenai metode SAVI.

Belum ada Komentar untuk "Metode Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel