Sejarah Munculnya Perintah Zakat Fitrah
Kamis, 30 Mei 2019
Tulis Komentar
Zakat fitrah adalah salah satu syariat Islam yang mesti dikeluarkan oleh setiap jiwa yang mampu pada waktu tertentu diakhir bulan Ramadhan menuju bulan Syawal dalam penanggalan Islam.
Kemunculan perintah zakat fitrah tidak lama selepas diperintahkannya puasa dalam bulan Ramadan, perintah ini juga datang bersamaan dengan perintah takbir pada hari raya dan shalat I’ed.
Perintah zakat fitrah muncul selepas turunya wahyu, yaitu turunya ayat 14-15 pada surat al-a’raf. Allah SWT berfirman:
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan Dia ingat nama Tuhannya lalu dia sembahyang (Depag RI, 2005:474).
Maksud dari “membersihkan diri” adalah zakat fitrah, maksud dari “Dia ingat nama Tuhannya” adalah takbir di hari raya, sementara maksud dari “sembahyang/shalat” adalah Shalat I’ed.
Memahami maksud-maksud tersebut maka dapat dipahami bahwa perintah zakat firah kemunculannya berbaengan dengan perintah takbir hari raya dan shalat i’ed.
Landasan terkuat dari ketiga perintah zakat fitrah, takbir hari raya dan shalat I’ed di atas didasarkan pada hadist nabi yng diriwaytkan oleh Ibnu Umar RA. Demikian hadistnya:
Dari Ibnu Umar ra. Beliau berkata “Rasulullah mewajibkan zakat fitrah satu sa’ dari kurma atau satu sa’ gandum atas budak dan orang merdeka baik laki-laki dan perempuan, masih kecil ataupun sudah dewasa dari segenap orang muslim, dan diperintahkan untuk menunaikannya sebelum manusia keluar untuk salat I’ed (Abu Abdillah Muhamad, 263).
Selain hadist di atas, penguat bahwa perintah zakat fitrah, takbir hari raya dab shalat I’ed dalam ayat 14-15 surat al-A’af juga diamini oleh para sahabat dan tabi’n, sebab menurut Ibnu Khuzaimah, Sa‘id Ibn Musayyab, ‘Umar bin Khatab dan Umar bin Abd al-Aziz diturunkan ayat 14-15 dalam surat al-A’raf memang berkenaan dengan zakat fitrah, takbir hari raya puasa dan salat I’ed. (Ibnu Araby, 1908).
Perintah zakat fitrah muncul selepas turunya wahyu, yaitu turunya ayat 14-15 pada surat al-a’raf. Allah SWT berfirman:
قد أفلح من تزكى (14) وذكراسمى ربّه فصلى (15)
Maksud dari “membersihkan diri” adalah zakat fitrah, maksud dari “Dia ingat nama Tuhannya” adalah takbir di hari raya, sementara maksud dari “sembahyang/shalat” adalah Shalat I’ed.
Memahami maksud-maksud tersebut maka dapat dipahami bahwa perintah zakat firah kemunculannya berbaengan dengan perintah takbir hari raya dan shalat i’ed.
Landasan terkuat dari ketiga perintah zakat fitrah, takbir hari raya dan shalat I’ed di atas didasarkan pada hadist nabi yng diriwaytkan oleh Ibnu Umar RA. Demikian hadistnya:
Dari Ibnu Umar ra. Beliau berkata “Rasulullah mewajibkan zakat fitrah satu sa’ dari kurma atau satu sa’ gandum atas budak dan orang merdeka baik laki-laki dan perempuan, masih kecil ataupun sudah dewasa dari segenap orang muslim, dan diperintahkan untuk menunaikannya sebelum manusia keluar untuk salat I’ed (Abu Abdillah Muhamad, 263).
Selain hadist di atas, penguat bahwa perintah zakat fitrah, takbir hari raya dab shalat I’ed dalam ayat 14-15 surat al-A’af juga diamini oleh para sahabat dan tabi’n, sebab menurut Ibnu Khuzaimah, Sa‘id Ibn Musayyab, ‘Umar bin Khatab dan Umar bin Abd al-Aziz diturunkan ayat 14-15 dalam surat al-A’raf memang berkenaan dengan zakat fitrah, takbir hari raya puasa dan salat I’ed. (Ibnu Araby, 1908).
Syarat-Syarat Wajib Zakat Fitrah
Sebagai salah satu syariat Islam, zakat fitrah mempunyai ketentuan dalam pelaksanaannya, ketentuan-ketentuan tersebut dalam istilah fiqih disebut syarat-syarat wajib zakat fitrah, demikian ini merupakan syarat-syaratnya.- Islam mrtipakan syarat utama, sebab selain orang Islam tidak diwajibkan untuk melakukan amalan ini.
- Adanya kelebihan dari makanannya dan dari makanan orang yang wajib nafkah baginya pada hari raya dan kelebihan dari rumahnya, perabot rumah tangganya dan kebutuhan pokoknya.
- Lahir sebelum terbenam matahari pada hari penghabisan bulan Ramadan. Anak yang lahir sesudah terbenam matahari tidak wajib fitrah. Orang kawin sesudah terbenam matahari tidak wajib membayarkan fitrah isterinya yang baru dikawininya itu. Karena yang dimaksud dalam Hadits dengan zakat fitrah di atas ialah berbuka pada bulan Ramadan, dan yang dinamakan berbuka di bulan Ramadan ialah malam hari raya. Jadi, malam hari raya itulah waktu wajibnya fitrah. (Sulaiman Rasyid, 1994: 208)
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Munculnya Perintah Zakat Fitrah"
Posting Komentar