Raharti Srikandi Revolusi Kemerdekaan Indonesia
Meskipun namanya tidak setenar pahlawan wanita lainnya, Raharti, Srikandi yang satu ini jasanya sungguh luar biasa bagi tegaknya Negara Republik Indonesia.
Bagaimana tidak, selepas lolos dari upaya pemerkosaan yang dilakukan Belanda, Pahlawan wanita yang mengidolakan Jendral Sudirman ini ditembaki oleh Belanda, tidak kurang dari 28 peluru bersarang ditubuhnya, darah berceceran membasahi tubuhnya, sementara ia sendiri tak henti-hentinya meneriakan " Allahu Akabar...!!!".
Kisah mengenai kepahlawanan Raharti tercatat dalam sebuah buku yang berjudul "Koleksi Surat Kabar Langka karya Perpusnas RI".
Dikisahkan, Raharti seorang wanita cantik, suaminya merupakan seorang tentara Republik Indonesia. Suaminya seorang tentara dengan pangkat letnan dua di masa revolusi kemerdekaan Indonesia.
Ketika Belanda melancarkan Agresi Militernya di Yogyakarta pada 1949, Raharti turut berjuang secara langsung dilapangan, ia berjuang dan bekerja sebagai pemasok logistik untuk para pejuang yang ada digaris depan, wilayah perjuangannya adalah diseluruh wilayah Yogyakarta.
Dalam menjalankan aksi perjuangannya, Raharti kerap kali melakukan penyamaran, ia berpura-pura menjadi wanita desa yang biasa mondar-mandir membawa bahan pangan seperti jagung, ketela beras dan lainnya.
Foto Raharti, Pahlwan Wanita Indonesia |
Gerak gerik Raharti lama kelamaan diketahui oleh Belanda, Pasukan Belanda berhasil membongkar identitasnya berdasarkan kabar intelegen.
Tepat pada tanggal 21 April 1949 ketika Raharti sedang menunaikan Shalat Isya, satu peleton serdadu Belanda menggeladah rumahnya.
Waktu itu, ia hanya tinggal sendirian, selanjutnya, ketika pintu rumahnya didobrak, timbul niat jahat komandan Belanda untuk melakukan tindakan tidak senonoh. Ia berupaya diperkosa.
Raharti melawan, ia terus brontak sambil meronta-ronta, bahkan wanita ini seperti tidak ada takut-takutnya, ia memukuli Komandan Belanda itu dengan sekuat tenaga.
Kegigihan Raharti dalam melawan akhirnya mampu menyelamatkannya dari upaya Pemerkosaan, akan tetapi, ketika ia melarikan diri, rupanya diluar pintu rumahnya tentara Belanda yang sengaja ditempatkan untuk berjaga-jaga sudah menghadangnya, laras senjata diarahkan kepadanya. Raharti tak berkutik, iapun diseret kemudian dibawa ke suatu tempat untuk diinterograsi.
Ketika diinterogasi, Raharti ditanyai mengenai posisi dan keberadaan pasukan gerilya Indonesia. Dengan kegigihannya, Raharti lebih memilih bungkam. Ia tidak mau menjawab.
Selanjutnya, karena Raharti tidak membuka mulut, tentara Belanda mualai kesal, sehingga akhirnya serentetan peluru ditembakan ke tubuhnya dengan membabi buta. Raharti hanya mengucapkan ‘‘Allahu Akbar’’, Raharti kemudian roboh bersimbah darah.
Allah rupanya menakdirkan Raharti tetap hidup, sebab selepas pingsan, dan ditinggalkan begitu saja oleh tentara Belanda, ia mendapat pertolongan. Iapun selamat dari maut.
Ketika dioprasi, tidak kurang 28 peluru bersarang ditubuh dan kakinya, beruntung peluru sebanyak itu tidak menganai oragan vatalnya.
Selepas hengkangya Belanda dari Indonesia, Raharti kerap menceritakan perjuanganya ketika ikut serta berjuang melawan Belanda kepada keluarga, teman dan tetangganya.
Meskipun kakinya tidak dapat ditolong (cacat) karena mendapatkan tembakan Belanda, ia bersyukur masih tetap hidup, sehingga dapat menceritakan kebiadaban Belanda.
Tahun 1957 Raharti dipanggil Sang Pencipta. Raharti dikuburkan tidak jauh dari kubur idoloanya, hanya berjarak beberapa meter saja dari Makam Panglima Besar Jendral Sudirman.
Lima tahun selepas wafatnya Raharti, bertepan dengan tanggal 10 November 1961, tepatnya di peringatan hari Pahlawan Indonesia, Presiden Soekarno menganugrahkan Bintang Gerilya untuk Raharti seorang Srikandi yang gagah berani.
Belum ada Komentar untuk "Raharti Srikandi Revolusi Kemerdekaan Indonesia"
Posting Komentar