Sutajaya Sang Pewaris Keris Setan Kober

Nama Sutajaya sangat populer di kalangan masyarakat desa Pekandangan Kabupaten Indramayu, kisahnya bahkan dituturkan  turun temurun dari genarasi ke generasi, selain itu, kisah kepahlawananya dilakonkan dalam pertunjukan seni sandiwara. 

Tokoh Sutajaya dalam legenda rakyat Indramayu dikisahkan sebagai pemuda tangguh anak Ki Jebug Angrum yang memilki sebilah keris yang bernama “ Kiai Setan Kober”. Keris itu ia dapatkan dari bapaknya, sementara bapaknya juga mendapatkan warisan dari kedua orang tuanya. Ki Jebug Angrum sendiri dikisahkan sebagai orang Jawa sementara leluhurnya adalah orang Majapahit yang dahulu hijrah ke Bandar Cimanuk (Indramayu).

Keris Setan Kober menjadi Istimewa karena Keris tersebut sempat membuat geger Cirebon. Dahulu di dalam gedung penyimpanan pusaka Keraton Cirebon (Gedong Sirara Denok), tersimpan sebilah keris Nagarunting yang haus akan darah. Belum ada satupun orang yang mampu menjinakan keris itu. 

Korban dari keganasan Keris Naga Runting adalah para Prajurit yang lalai menjaga gedung Pusaka, apabila ada Prajurit yang ketiduran saat menjaga gedung Pusaka, Keris Nagarunting menunjukan kramatnya, Keris itu secara ajaib menyerang lalu menghisap darah Prajurit yang lalai hingga tewas, kejadian semacam ini tarus berulang-ulang, memakan banyak nyawa Prajurit penjaga gedung pusaka, sehingga pada akhirnya tidak ada satupun Prajurit yang bersedia menjaga Gedung Pusaka Keraton. 

Disisi lain, Sutajaya yang seorang anak Desa asal Pekandangan, mencoba mencari peruntungan ke Ibu Kota Kesultanan Cirebon. Melihat ada lowongan Prajurit Penjaga Gedung Pusaka, ia tanpa pikir panjang mengajukan lamaran. 

Sutajaya diterima sebagai prajurit, karena memang tidak ada satupun pemuda asal Cirebon yang bersedia menjadi Prajurit Penjaga Gedung Puska, sebab kebanyakan diantara mereka sudah tahu keganasan dari Keris Nagarunting yang informasinya mereka dapatkan dari rumor yang mereka terima. 

Ketika menjadi Prajurit Penjaga Gedung Pusaka, Suta Jaya sebetulnya sudah diberi tahu agar jangan sampai ketiduran ketika  berjaga. Anjuran itupun ia patuhi sebagai pertanggung jawabannya pada tugas yang ia emban. Namun, pada suatu ketika, Sutajaya rupanya kebablasan, ia ketiduran bahkan sampai pagi. 

Prajurit lain yang sudah mengetahui jika konsekeunsi ketiduran dalam mejaga gedung Puska adalah mati diserang Keris Naga Runting, segera membawa Sutajaya untuk dikuburkan, namun, ketika mereka hendak mengangkatnya ternyata Sutajaya masih hidup. 

Peristiwa selamatnya Sutajaya dari serangan Keris Nagarunting membuat geger Keraton, sehingga ia dihadapkan kepada Sultan Cirebon untuk dimintai keterangan. Setelah dilakukan penelusuran, ternyata selamatnya Sutajaya dari amukan Keris Naga Runting karena ia mempunyai penangkalnya. Yaitu sebilah keris (Kiai Setan Kober) yang selalu ia selipkan dalam pinggangnya. 

Keris Setan Kober mampu menghilangkan efek negative Keris Nagarunting, sehingga keris itu tidak lagi menjadi bahaya bagi para penjaga Gedung Pusaka Kesultanan Cirebon. Selepas peristiwa ini, Sutajaya dinaikan Pangkatnya menjadi Prajurit yang lebih tinggi. 

Sutajaya juga dilibatkan dalam berbagai oprasi militer menghadapi musuh-musuh Cirebon. Atas jasa-jasanya dalam  setiap pertempuran, Sutajaya dinaugerahi oleh Sultan Cirebon sebidang tanah untuk dia dan anak keturunannya. Tanah itu  kemudian hari ia jadikan sebuah desa yang kelak menjadi desa “Gebang” . Demikianlah kisah Sutajaya dan Keris Setan Kobernya yang dituturkan dalam legenda masyarakat Indramayu.

Sutajaya dan Keris Setan Kober Dalam Catatan Sejarah Cirebon

Catatan sejarah Cirebon mengenai  Sutajaya sedikit berbeda dengan apa yang di tuturkan dalam legenda masyarakat Indramayu. Jika dalam legenda Indramayu dinyatakan bahwa Pendiri Desa Gebang adalah Sutajaya tokoh asal Indramayu, maka tidak demikian dalam sejarah Cirebon. 

Menurut sejarah Cirebon, sebagaimana yang tercatat dalam Naskah Mertasinga, disebutkan bahwa; Pendiri Gebang adalah orang yang bernama “Suta Agung (Sutajaya I/Pangeran Gebang)” ia merupakan anak dari Pangeran Seda Kemuning bin Pangeran Pasarean bin Sunan Gunung Jati. Dengan demikian dalam catatan sejarah Cirebon pendiri Gebang adalah cicit dari Sunan Gunung Jati, bukan anak Ki Jebrug Angrum dari Pekandangan (Indramayu). Oleh karena itu legenda Indramayu yang menyatakan bahwa Sutajaya asal Indramayu sebagai pendiri Gebang diragukan kebenarannya. 

Disisi lain, dalam catatan sejarah Cirebon yang lain, sebetulnya juga tidak menafikan tentang adanya tokoh asal Indramayu yang kemudian hari menjadi penguasa Gebang. Tokoh ini bernama “Suteja Keling”. dan Ketika menjadi Penguasa Gebang berganti nama menjadi “ Adipati Anom Sutajaya Emas”. Catatan ini tertulis dalam Naskah Kuno yang menjadi peninggalan di Situs Makam Astana Gebang Ilir, naskah tersebut telah diterjamahkan oleh Badan Komunikasi Kebudayaan dan Pariswisata Kabupaten Cirebon.  

Catatan lengkap mengenai tokoh Sutajaya asal Indramayu yang menjadi penguasa Gebang adalah sebagai berikut:

Ketika itu Adipati Anom Suteja Keling dari Indramayu mencari keris Kober yang hilang. Ia bertemu dengan seorang gadis Putri Siti Matangaji, yang di kemudian hari menjadi istrinya. Ayah Putri, yaitu Siti Matangaji memberikan sebuah keris, yang ternyata adalah keris Kober yang hilang itu. Ia juga memberikan emas untuk bekal hidup berdua. Sejak itulah Adipati Anom Sutajaya Keling berganti nama menjadi Adipati Anom Sutajaya Emas. // Lokasi makamnya terletak di Desa Gebang Kulon Kec. Gebang Kabupaten Cirebon. Luas tanah 5.000 m2, milik tanah keraton// (Bakombudpar Cirebon 2008:37).

Memahami catatan Naskah Kuno yang menjadi peninggalan di Situs Makam Astana Gebang Ilir di atas jelas bahwa bahasan mengenai “Sutajaya, Indramayu dan Keris Kober” disebut-sebut dalam Naskah itu, hal tersebut mengindikasikan bahwa legenda masyarakat Indramayu tentang Sutajaya yang menjadi pembesar Gebang dan memiliki Keris yang bernama Setan Kober adalah betul-betul peristiwa yang pernah terjadi karena didukung oleh sumber sejarah yang jelas. 

Pada catatan naskah di atas, juga dinformasikan bahwa Sutajaya Emas itu menjadi Adipati Anom (Penguasa Muda/Bawahan di Daerah Gebang) setelah sebelumnya dinikahkan dengan Putri Siti Matangaji. 

Menurut sejarah Cirebon, Siti Matangaji adalah nama lain dari Sultan Shafiudin, yaitu Sultan Kasepuhan Cirebon ke lima V  yang bertahta pada 1773-1786 M. Dengan demikian maka wajarlah jika Sutajaya diangkat menjadi Adipati di Gebang, karena memang ia menantu seorang Sultan. Adapun mengenai asal-usul kenapa Sutajaya diangkat menantu oleh Sultan Matangaji belum di ketahui secara pasti, mengingat sejauh pengetahuan penulis belum ada catatan kuno selain legenda asal Indramayu yang membahas mengenai itu.  

Penulis: Bung Fei 

Belum ada Komentar untuk "Sutajaya Sang Pewaris Keris Setan Kober "

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel