Sejarah Desa Eretan, Kec Kandanghaur Kab Indramayu
Desa Eretan adalah salah satu desa yang namanya terbilang populer, sebab selain letaknya di bibir pantai jalan Nasional Pantura Jawa, desa ini juga dahulu merupakan tempat mula-mula mendaratnya Pasukan Jepang ke pulau Jawa ketika menaklukan Belanda pada tahun 1942.
Di wilayah yang dahulu disebut Desa Eretan, kini terpecah menjadi 3 desa, yaitu Desa Eretan Wetan, Eretan Kulon dan Desa Kertawinangun, pemekaran dari Eretan Kulon.
Menurut penuturan masyarakat setempat, bahwa pada mulanya Desa Eretan Wetan bernama Wanakerta yang sementara Desa Eretan Kulon mulanya bernama Kerta Jaya. Tidak ada kejelaan kenapa kedua desa tersebut berubah menjadi Eretan, akan tetapi menurut kisah turun temurun, nama Eretan sendiri berasal dari kata eret, eret ialah aktifitas menarik rakit atau getek dengan tambang yang saat itu merupakan media transportasi satu-satunya yang menghubungkan dua desa, Wanakerta (Eretan Wetan sekarang) dengan desa Kerta Jaya (Eretan Kulon sekarang) dan Kertawinangun (hasil pemekaran dari Eretan Kulon). Sejak adanya media transportasi yang dieret atau ditarik ini nama Eretan menjadi terkenal sementara nama Wanakerta dan Kerta Jaya menjadi hilang. Maka, sejak saat itulah nama Wanakerta berubah menjadi nama Eretan Wetan sementara Kerta Jaya menjadi Ertean Kulon.
Menurut catatan sejarah nasional Indonesia disebutkan, bahwa pada tanggal 1 Maret 1942 M pasukan tentara Jepang yang dipimpin oleh Kolonel Toshinori Shoji dengan membawa pasukan 5.000 orang mendarat di pantai Eretan. Setelah sebelumnya mendarat dan menguasai wilayah Tarakan Kalimantan Timur pada tanggal 11 Januari 1942, kemudian menduduki wilayah Palembang pada tanggal 16 Februari 1942, sehingga terbukalah pulau Jawa bagi tentara Jepang. Setelah itu terjadilah pertempuran antara Jepang dan pemerintah kolonial Belanda di Jawa. Tanpa diduga, pasukan Belanda tidak dapat menghadapi keperkasaan tentara Jepang. Akibatnya Belanda menyerah tanpa syarat pada sekutu (Jepang) pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati Subang, Suatu desa yang letaknya tidak begitu jauh dari Eretan, berjarak kisaran 70 Km.
Pada tahun 1942 banyak pemuda Eretan yang tergabung dalam GPPI (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), gerakan dari para santri ini dipimpin oleh Abdul Wahid dan WAIL (Alm), dengan anggota Saripin, Basuki, Muklas, Ilyas, dan Raswad, yang semuanya telah meninggal dunia, kecuali Raswad masih hidup, beliau sekarang lebih dikenal dengan nama H. Mustakim (Blok Condong ). Markas GPPI saat itu bertempat di rumah yang sekarang ditempati Wawat atau Anhar Zorqi. Adapun dari kalangan orang tua saat itu yang aktif dalam pergerakan sosial dan politik di ormas NU adalah Kyiai Abdul Halim, Kyiai Sarwin, dan Muin Rais. Sementara yang berjuang melalui wadah Masyumi tercatat nama Kyiai Karjum dan Kyiai Tama.
Sebagian pemuda Eretan yang lain aktif dalam gerakan GP Ansor di bawah kepemimpinan Jayadi. Sementara dikalangan pemuda nasionalis Eretan banyak yang terlibat dalam gerakan Pembela Rakyat Indonesia (PELOPOR). Gerakan ini bermarkas di rumah Ibu Turinah (Alm), sekarang menjadi tanah kosong di samping rumah Bapak Murcita. Pimpinan gerakan ini adalah Mutholib dengan anggota Limin Palak, Leman Kamintra, Tadi bin Arsa, Tarsiman bin Dar, Raswad bin Sungeb, dan Kaslam.
Salah satu peristiwa yang dikenang masyarakat Eretan sampai saat ini adalah saat Raswad dan tiga orang kawannya mengawal MA. Sentot dengan perahu dari Eretan ke Ujung Ori (Indramayu) berhasil dengan selamat sampai tujuan dalam pengejaran Belanda. Padahal saat itu Sentot adalah target utama penjajah Belanda di wilayah Utara Jawa Barat. Tiga teman yang mendampingi Raswad saat itu adalah Carmita (Alm), Kembar (Alm), dan Jana (Alm). Pada saat itu semangat perjuangan ditunjukkan seluruh bangsa Indonesia, tidak terkecuali rakyat dan para pemuda Eretan.
Belum ada Komentar untuk " Sejarah Desa Eretan, Kec Kandanghaur Kab Indramayu"
Posting Komentar