Raden Benggala dan Benggali, Berebut Tahta di Kadipaten Indramayu
Selasa, 14 Juli 2020
Tulis Komentar
Perjalanan sejarah Indramayu diwarnai dengan kisruh perebutan tahta, kisruh bermula ketika Wiralodra III wafat mendadak, sebelum wafat, ia belum sempat menunjuk calon penggantinya. Sementara di sisi lain, Raden Benggala selaku putra tertua menanggap diri paling pantas menggantikan kedudukan ayahnya, begitupun juga dengan Raden Benggali merasa lebih berhak atas tahta dibandingkan kakaknya.
Pertentangan kedua saudara kembar itu berlangsung berlarut-larut, masing-masing memiliki pengikut setianya sendiri-sendiri, sehingga pemerintahan di Kadipaten Indramayu terpecah menjadi dua kubu, masing-masing bersikukuh dengan ego dan nafsunya sendiri-sendiri. Sementara di sisi lain Kesultanan Mataram yang berkedudukan sebagai pemerintah pusat sedang diguncang pemberontakan. Suasana semacam itu akhirnya di manfaatkan VOC Belanda untuk merebut Indramayu dari kekuasaan Mataram.
Kisruh perebutan tahta antara Raden Benggala dan Benggali yang melibatkan campur tangan VOC Belanda dikisahkan dalam naskah “Babad Dermayu” peristiwa terjadi selepas Raden Sawerdi yang bergelar Wiralodra III wafat mendadak.
Dalam Babad Dermayu disebutkan bahwa; Wiralodra III mempunyai empat orang anak, 2 orang laki-laki kembar yang diberi nama Raden Benggala dan Raden Benggali, anak ke tiga berjenis kelamin perempuan yang kelak diperisitri oleh Raden Singawijaya, sedangkan anak terakhir berjenis klamin laki-laki yang diberi nama Wangsa Winata.
Ketika Wiralodra III meninggal dunia, ia belum sempat mewasiatkan siapa yang kelak menduduki jabatan Adipati Indramayu, sehingga para pembesar di Indramayu merencanakan pengangkatan Raden Benggala sebagai Adipati selanjutnya, pertimbangannya adalah karena kedudukannya sebagai anak tertua.
Merasa lebih dekat dengan ayahnya serta juga merasa lebih pintar dibandingkan kakaknya, Raden Benggali brontak atas rencana pengangkatan kakaknya sebagai Adipati, Raden Benggali memproklamirkan ketidak setujuannya secara terang-terangan. Anehnya tindaknnya itu didukung oleh sebagian pembesar Indramayu dan saudara-saudaranya.
Selepas peristiwa keberatan Raden Benggali atas rencana pelantikan kakaknya, maka meletuslah keributan antar sesama keluarga di Kadipaten Indramayu, bahkan hampir-hampir saja terjadi pertumpahan darah dintara kedua belah pihak.
Akhirnya, demi terciptanya kedamaian di Indramayu, para punggawa dan pembesar Kadipaten Indramayu sepakat menunda pelantikan Raden Benggala, pada masa ini selama lima bulan Indramayu tidak memiliki Adipati, urusan pemerintahan dilaksanakan oleh para pejabat pengganti Adipati.
Mengamati kondisi Indramayu yang kacau karena kisruh perebutan tahta dan tidak terurus oleh Kesultanan Mataram, VOC Belanda memanfatkan suasana, mereka mengirimkan seorang komandan satuan militer bernama Van Den Bosh untuk menawarkan persahabatan dan penyelesaian masalah.
VOC Belanda mengusulkan bahwa "untuk menghindari perpecahan di Indramayu, maka baik Raden Benggala maupun Benggali berhak menduduki tahta, VOC mengusulkan agar Raden Benggala tetap dilantik sebagai Adipati Indramayu selama 3 tahun, adapun untuk 3 tahun selanjutnya dijabat oleh Raden Benggali".
Usulan VOC yang semacam itu akhirnya diterima oleh kedua belah pihak, mereka menganggap VOC memberi solusi yang adil, sehingga dengan solusi semacam itu Kadipten Indramayu terbebas dari perang saudara. Kala itu para Pejabat di Indramayu tidak menyadari bahwa dibalik usulan VOC yang sepertinya baik itu tersimpan niat busuk.
Selepas disahkannya kesepakatan di antara kedua belah pihak, Raden Benggala dilantik menjadi Adipati Indramayu dengan Gelar Wiralodra IV. Sementara Raden Benggali dibawa oleh VOC Belanda ke Batavia, ia dijadikan sebagai tamu kehormatan oleh Belanda.
Pada masa pemerintahan Raden Benggali, Indramayu secara politik betul-betul dikendalikan Belanda, segala kebijakan pemerintahan menuruti ide maupun saran Belanda. Namun, pemerintahan Raden Benggali tidak bertahan lama sebab baru saja memerintah selama tiga bulan ia diterjang penyakit misterius sehingga menyebabkannya wafat.
Selepas kematian Raden Benggali, yang menggantikan kedudukannya sebagai Adipati Indramayu adalah Raden Semaun, anak laki-laki tertuanya. Raden Semaun dilantik menjadi Adipati Indramayu atas rekomendasi Belanda, adapun gelar yang disandangnya adalah "Wiralodra V" dalam urusan gelar, Raden Semaun bertolak belakang dengan pendapat ayahnya yang memilih gelar Singalodra.
Karena pada masa pemerintahan Wiralodra V, Indramayu sudah dikendalikan Belanda, rakyat mulai muak pada Adipatinya, mereka menganggap pemimpin mereka lemah dan tidak lebih dari boneka dan kaki tangan Belanda. Sementara disisi lain berbarengan dengan masa pemerintahan Wiralodra V, di wilayah Cirebon meletus pemberontakan yang dimotori oleh Bagus Rangin, seorang pejuang kenamaan asal Bantar Jati (Majalengka) yang menentang para penguasa yang menjadi kaki tangan Belanda.
Perjuangan Bagus Rangin mendapat dukungan dari rakyat Indramayu, oleh karena itu mereka berniat merampas Kadipaten Indramayu dari tangan Wiralodra V.
Pertentangan kedua saudara kembar itu berlangsung berlarut-larut, masing-masing memiliki pengikut setianya sendiri-sendiri, sehingga pemerintahan di Kadipaten Indramayu terpecah menjadi dua kubu, masing-masing bersikukuh dengan ego dan nafsunya sendiri-sendiri. Sementara di sisi lain Kesultanan Mataram yang berkedudukan sebagai pemerintah pusat sedang diguncang pemberontakan. Suasana semacam itu akhirnya di manfaatkan VOC Belanda untuk merebut Indramayu dari kekuasaan Mataram.
Kisruh perebutan tahta antara Raden Benggala dan Benggali yang melibatkan campur tangan VOC Belanda dikisahkan dalam naskah “Babad Dermayu” peristiwa terjadi selepas Raden Sawerdi yang bergelar Wiralodra III wafat mendadak.
Dalam Babad Dermayu disebutkan bahwa; Wiralodra III mempunyai empat orang anak, 2 orang laki-laki kembar yang diberi nama Raden Benggala dan Raden Benggali, anak ke tiga berjenis kelamin perempuan yang kelak diperisitri oleh Raden Singawijaya, sedangkan anak terakhir berjenis klamin laki-laki yang diberi nama Wangsa Winata.
Ketika Wiralodra III meninggal dunia, ia belum sempat mewasiatkan siapa yang kelak menduduki jabatan Adipati Indramayu, sehingga para pembesar di Indramayu merencanakan pengangkatan Raden Benggala sebagai Adipati selanjutnya, pertimbangannya adalah karena kedudukannya sebagai anak tertua.
Merasa lebih dekat dengan ayahnya serta juga merasa lebih pintar dibandingkan kakaknya, Raden Benggali brontak atas rencana pengangkatan kakaknya sebagai Adipati, Raden Benggali memproklamirkan ketidak setujuannya secara terang-terangan. Anehnya tindaknnya itu didukung oleh sebagian pembesar Indramayu dan saudara-saudaranya.
Selepas peristiwa keberatan Raden Benggali atas rencana pelantikan kakaknya, maka meletuslah keributan antar sesama keluarga di Kadipaten Indramayu, bahkan hampir-hampir saja terjadi pertumpahan darah dintara kedua belah pihak.
Akhirnya, demi terciptanya kedamaian di Indramayu, para punggawa dan pembesar Kadipaten Indramayu sepakat menunda pelantikan Raden Benggala, pada masa ini selama lima bulan Indramayu tidak memiliki Adipati, urusan pemerintahan dilaksanakan oleh para pejabat pengganti Adipati.
Mengamati kondisi Indramayu yang kacau karena kisruh perebutan tahta dan tidak terurus oleh Kesultanan Mataram, VOC Belanda memanfatkan suasana, mereka mengirimkan seorang komandan satuan militer bernama Van Den Bosh untuk menawarkan persahabatan dan penyelesaian masalah.
VOC Belanda mengusulkan bahwa "untuk menghindari perpecahan di Indramayu, maka baik Raden Benggala maupun Benggali berhak menduduki tahta, VOC mengusulkan agar Raden Benggala tetap dilantik sebagai Adipati Indramayu selama 3 tahun, adapun untuk 3 tahun selanjutnya dijabat oleh Raden Benggali".
Usulan VOC yang semacam itu akhirnya diterima oleh kedua belah pihak, mereka menganggap VOC memberi solusi yang adil, sehingga dengan solusi semacam itu Kadipten Indramayu terbebas dari perang saudara. Kala itu para Pejabat di Indramayu tidak menyadari bahwa dibalik usulan VOC yang sepertinya baik itu tersimpan niat busuk.
Selepas disahkannya kesepakatan di antara kedua belah pihak, Raden Benggala dilantik menjadi Adipati Indramayu dengan Gelar Wiralodra IV. Sementara Raden Benggali dibawa oleh VOC Belanda ke Batavia, ia dijadikan sebagai tamu kehormatan oleh Belanda.
Pada saat menjadi tamu kehormatan di Batavia, pemikiran Raden Benggali sedikit demi sedikit terpengaruh oleh Belanda, sehingga lama-kelamaan hasratnya untuk menjadikan Indramayu sebagai bagian dari kekuasaan VOC Belanda menjadi tinggi.
Pada masa pemerintahan Wiralodra IV, Indramayu cenderung tidak stabil, para punggawa dan pembesar Indramayu terkotak-kotak, ada yang mendukung Raden Benggala ada pula yang mendukung Raden Benggali, sementara Raden Benggala selalu was-was dalam memerintah karena merasa mengemban jabatan yang sementara, dengan kondisi yang seperti itu, Raden Benggala banyak menghabiskan masa pemerintahannya dengan banyak memperdalam ajaran agama.
Setelah 3 tahun, tibalah waktunya pergantian kekuasaan, Raden Benggali dilantik menjadi Adipati Indramayu dengan gelar Singalodra, gelar ini menyalahi gelar Adipati Indramayu sebelumnya (Wiralodra), meskipun gelar baru tersebut diambil dari nama ayah Wiralodra I (Arya Wiralodra).
Setelah pengangkatan Raden Benggali sebagai Adipati Indramayu yang baru, Raden Benggala lebih memilih bertolak ke Cirebon bersama anaknya Raden Kertawijaya untuk berbakti kepada Sultan Cirebon. Oleh Sultan Cirebon Raden Benggala diberi jabatan sebagai Guru Agama bagi para pangeran di Kesultanan Cirebon. Sementara anaknya dijadikan sebagai penguasa di Panjunan.
Pada masa pemerintahan Wiralodra IV, Indramayu cenderung tidak stabil, para punggawa dan pembesar Indramayu terkotak-kotak, ada yang mendukung Raden Benggala ada pula yang mendukung Raden Benggali, sementara Raden Benggala selalu was-was dalam memerintah karena merasa mengemban jabatan yang sementara, dengan kondisi yang seperti itu, Raden Benggala banyak menghabiskan masa pemerintahannya dengan banyak memperdalam ajaran agama.
Setelah 3 tahun, tibalah waktunya pergantian kekuasaan, Raden Benggali dilantik menjadi Adipati Indramayu dengan gelar Singalodra, gelar ini menyalahi gelar Adipati Indramayu sebelumnya (Wiralodra), meskipun gelar baru tersebut diambil dari nama ayah Wiralodra I (Arya Wiralodra).
Setelah pengangkatan Raden Benggali sebagai Adipati Indramayu yang baru, Raden Benggala lebih memilih bertolak ke Cirebon bersama anaknya Raden Kertawijaya untuk berbakti kepada Sultan Cirebon. Oleh Sultan Cirebon Raden Benggala diberi jabatan sebagai Guru Agama bagi para pangeran di Kesultanan Cirebon. Sementara anaknya dijadikan sebagai penguasa di Panjunan.
Pada masa pemerintahan Raden Benggali, Indramayu secara politik betul-betul dikendalikan Belanda, segala kebijakan pemerintahan menuruti ide maupun saran Belanda. Namun, pemerintahan Raden Benggali tidak bertahan lama sebab baru saja memerintah selama tiga bulan ia diterjang penyakit misterius sehingga menyebabkannya wafat.
Selepas kematian Raden Benggali, yang menggantikan kedudukannya sebagai Adipati Indramayu adalah Raden Semaun, anak laki-laki tertuanya. Raden Semaun dilantik menjadi Adipati Indramayu atas rekomendasi Belanda, adapun gelar yang disandangnya adalah "Wiralodra V" dalam urusan gelar, Raden Semaun bertolak belakang dengan pendapat ayahnya yang memilih gelar Singalodra.
Karena pada masa pemerintahan Wiralodra V, Indramayu sudah dikendalikan Belanda, rakyat mulai muak pada Adipatinya, mereka menganggap pemimpin mereka lemah dan tidak lebih dari boneka dan kaki tangan Belanda. Sementara disisi lain berbarengan dengan masa pemerintahan Wiralodra V, di wilayah Cirebon meletus pemberontakan yang dimotori oleh Bagus Rangin, seorang pejuang kenamaan asal Bantar Jati (Majalengka) yang menentang para penguasa yang menjadi kaki tangan Belanda.
Perjuangan Bagus Rangin mendapat dukungan dari rakyat Indramayu, oleh karena itu mereka berniat merampas Kadipaten Indramayu dari tangan Wiralodra V.
Bagus Rangin memiliki ribuan pejuang yang tangguh, diantara para pemimpin pasukan yang terkenal adalah Bagus Kandar, bagus Sura Persada, Bagus Leja, Bagus Sena, Bagus Serit dan lain sebagainya. Rencana penaklukan Indramayu dibawah Komando Bagus Rangis disusun dengan matang, namun rencana penyerangan dibocorkan oleh seorang wanita benama Nyi Jaya.
Nyi Jaya melaporkan rencana Bagus Rangin kepada Wiralodra V, sehingga Wiralodra V mengutus Patih Astanaya untuk memadamkan pemberontakan dengan membawa ribuan bala tentara Indramayu menuju Bantar Jati, akan tetapi upaya penumpasan ternyata gagal, Pati Astanaya dan sebagian besar prajurit Indramayu justru dapat mudah dibantai oleh para pemberontak.
Kekalahan Indramayu membuat Wiralodra V terpukul, sementara bagi pemberontak kemenagan tersebut didanggap sebagai jalan pembuka menuju penaklukan Indramayu. Oleh karena itu para pemberontak bergerak menuju Pendopo Indramayu untuk merebut pusat pemerintahan, akan tetapi sebelum pemberontak menyerbu Pendopo, Wiralodra V dengan cepat meminta bantuan Belanda.
Setibanya di Indramayu, perang yang didahului dengan tipu muslihat Belanda akhirnya mengalahkan pemberontak, para panglima perang pemberontakan banyak yang tewas, sementara sisanya berhasil menyelamatkan diri termasuk pemimpin utamanya Bagus Rangin.
Keberhasilan Belanda dalam menumpas pemberontakan di Indramayu rupanya harus dibayar mahal oleh Wiralodra V, Belanda menekan Indramayu untuk segera membayar lunas biayaya perang sedangkan disisi lain Indramayu kala itu benar-benar jatuh miskin karena perang yang berkepanjangan. Maka sebagai gantinya, Wiralodra V menyerahkan Indramayu pada Belanda. Mulai selepas itu Indramayu secara total menjadi bawahan Belanda.
Jatuhnya Indramayu ke tangan Belanda pada nyatanya adalah dampak dari kisruh perebutan tahta di masa Raden Banggala dan Benggali. Kisruh tersebut merupakan jalan pembuka bagi Belanda untuk menguasai Indramayu secara perlahan-lahan.
Baca Juga: Biografi Arya Wiralodra, Pendiri Indramayu
Penulis: Bung Fei
Editor : Sejarah Cirebon
Nyi Jaya melaporkan rencana Bagus Rangin kepada Wiralodra V, sehingga Wiralodra V mengutus Patih Astanaya untuk memadamkan pemberontakan dengan membawa ribuan bala tentara Indramayu menuju Bantar Jati, akan tetapi upaya penumpasan ternyata gagal, Pati Astanaya dan sebagian besar prajurit Indramayu justru dapat mudah dibantai oleh para pemberontak.
Kekalahan Indramayu membuat Wiralodra V terpukul, sementara bagi pemberontak kemenagan tersebut didanggap sebagai jalan pembuka menuju penaklukan Indramayu. Oleh karena itu para pemberontak bergerak menuju Pendopo Indramayu untuk merebut pusat pemerintahan, akan tetapi sebelum pemberontak menyerbu Pendopo, Wiralodra V dengan cepat meminta bantuan Belanda.
Setibanya di Indramayu, perang yang didahului dengan tipu muslihat Belanda akhirnya mengalahkan pemberontak, para panglima perang pemberontakan banyak yang tewas, sementara sisanya berhasil menyelamatkan diri termasuk pemimpin utamanya Bagus Rangin.
Keberhasilan Belanda dalam menumpas pemberontakan di Indramayu rupanya harus dibayar mahal oleh Wiralodra V, Belanda menekan Indramayu untuk segera membayar lunas biayaya perang sedangkan disisi lain Indramayu kala itu benar-benar jatuh miskin karena perang yang berkepanjangan. Maka sebagai gantinya, Wiralodra V menyerahkan Indramayu pada Belanda. Mulai selepas itu Indramayu secara total menjadi bawahan Belanda.
Jatuhnya Indramayu ke tangan Belanda pada nyatanya adalah dampak dari kisruh perebutan tahta di masa Raden Banggala dan Benggali. Kisruh tersebut merupakan jalan pembuka bagi Belanda untuk menguasai Indramayu secara perlahan-lahan.
Baca Juga: Biografi Arya Wiralodra, Pendiri Indramayu
Penulis: Bung Fei
Editor : Sejarah Cirebon
Belum ada Komentar untuk "Raden Benggala dan Benggali, Berebut Tahta di Kadipaten Indramayu"
Posting Komentar