Pangeran Santri (Kusumahdinata I)
Jumat, 17 April 2020
Tulis Komentar
Pangeran Santri atau Kusumahdinata I merupakan Raja kedelapan Sumedang Larang. Nama aslinya adalah Raden Sholih, beliau lahir pada tahun 1505 M-1579 M. beliau lahir dari keluarga seorang ulama. Ayahnya seorang tokoh penyebar Islam yang bernama Pangeran Pamelekaran dan ibundanya bernama Matangsari. Ibu Bapak Pangeran Santri selain seorang ulama, keduanya juga merupakan kerbat Keraton Kesultanan Cirebon.
Pangeran Santri menjadi Raja Sumedang karena berhasil menikah dengan raja ketujuh Sumedang Larang yang bernama Nyi Mas Ratu Intan Dewata yang bergelar Ratu Pucuk Umum Sumedang. Ratu Pucuk Umum memerintah dari tahun 1530-1578 M.
Ketika istrinya menjabat sebagai penguasa Sumedang Larang, Sumedang bersekutu dengan kesultanan Cirebon. Kehadiran Raden Sholih dalam pemerintahan Sumedang Larang memberikan sentuhan Islam yang lebih berdenyut dan mulai berkembang pesat mewarnai kerajaan Sumedang Larang dan pada saat pernikahanya juga menandakan berakhirnya kekuasaan Hindu-Budha di Sumedang. Karena jika kita telaah, bahwasanya Nyi Mas Ratu Intan Dewata juga beragama Islam yang pada saat itu posisinya ialah seorang raja yang otomatis rakyatnya mengikuti kepercayaan rajanya.
Meskipun sebagian pendapat menyatakan Pangeran Santri sebagai Raja ke 8 ada berpendapat pangeran Santri bukanlah seorang Raja, namun hanya seorang penguasa atau penyebar agama Islam di Sumedang Larang yang diberi gelar Ki Gedeng Sumedang. Posisinya kuat karena istrinya ialah seorang raja.
Persekutuan Sumedang dengan Kesultanan Cirebon berdampak baik bagi Sumedang karena Sumedang kala itu masuk dalam lindungan Cirebon dari serangan Banten yang kala itu sedang berperang melawan Pajajaran.
Pernikahan Pangeran Santri dengan Nyi Mas Ratu Intan Dewata melahirkan enam orang putera dan puteri, di antaranya pangeran Angkawijaya yang kelak meneruskan pemerintahan, Kiyai Rangga Haji, Kiyai Demang Watang, Santowaan Wira Kusumah, Santo War Cikerah dan Santowaan Awi Luar.
Sepeninggal Ratu Pucuk Umum dan Pangeran Santri, yaitu ketika Angkawijaya datau Prabu Geusun Ulun memerintah, Sumedang merdeka dari Cirebon, pada masa ini juga Sumedang berkonflik dengan Cirebon sebabnya karena Istri Sultan Cirebon yang bernama Ratu Harisbaya dibwa lari oleh Geusun Ulun.
Baca Juga: Ratu Harisbaya, Si Cantik Pemantik Konfilik Cirebon Vs Sumedang
Pangeran Santri menjadi Raja Sumedang karena berhasil menikah dengan raja ketujuh Sumedang Larang yang bernama Nyi Mas Ratu Intan Dewata yang bergelar Ratu Pucuk Umum Sumedang. Ratu Pucuk Umum memerintah dari tahun 1530-1578 M.
Ketika istrinya menjabat sebagai penguasa Sumedang Larang, Sumedang bersekutu dengan kesultanan Cirebon. Kehadiran Raden Sholih dalam pemerintahan Sumedang Larang memberikan sentuhan Islam yang lebih berdenyut dan mulai berkembang pesat mewarnai kerajaan Sumedang Larang dan pada saat pernikahanya juga menandakan berakhirnya kekuasaan Hindu-Budha di Sumedang. Karena jika kita telaah, bahwasanya Nyi Mas Ratu Intan Dewata juga beragama Islam yang pada saat itu posisinya ialah seorang raja yang otomatis rakyatnya mengikuti kepercayaan rajanya.
Makam Pangeran Santri-Sumedang |
Persekutuan Sumedang dengan Kesultanan Cirebon berdampak baik bagi Sumedang karena Sumedang kala itu masuk dalam lindungan Cirebon dari serangan Banten yang kala itu sedang berperang melawan Pajajaran.
Pernikahan Pangeran Santri dengan Nyi Mas Ratu Intan Dewata melahirkan enam orang putera dan puteri, di antaranya pangeran Angkawijaya yang kelak meneruskan pemerintahan, Kiyai Rangga Haji, Kiyai Demang Watang, Santowaan Wira Kusumah, Santo War Cikerah dan Santowaan Awi Luar.
Sepeninggal Ratu Pucuk Umum dan Pangeran Santri, yaitu ketika Angkawijaya datau Prabu Geusun Ulun memerintah, Sumedang merdeka dari Cirebon, pada masa ini juga Sumedang berkonflik dengan Cirebon sebabnya karena Istri Sultan Cirebon yang bernama Ratu Harisbaya dibwa lari oleh Geusun Ulun.
Baca Juga: Ratu Harisbaya, Si Cantik Pemantik Konfilik Cirebon Vs Sumedang
Belum ada Komentar untuk "Pangeran Santri (Kusumahdinata I)"
Posting Komentar