Buah Jambu Biji Ternyata Mengandung Anti Oksidan
Senin, 15 Juli 2019
Tulis Komentar
Gaya hidup sehat tampaknya sedikit demi sedikit digemari oleh banyak orang seiring berkembangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan. Masyarakat kini telah pandai memilah dan memilih makanan mana saja yang menurut pengetahuan mereka tidak menyehatkan dan menyehatkan. Termasuk memilih buah-buahan mana yang mempunyai kandungan gizi yang baik.
Buah Jambu biji bagi orang-orang yang mengamalkan hidup sehat kini tidak dipandang sebagai buahnya orang-orang kampung, mereka menganggap buah jambu biji sebagai buah yang selain berharga murah dan enak juga dipandang sebagai buah penuh gizi, apakah itu jambu biji putih maupun merah.
Baik tumbuhan jambu biji putih maupun merah (Psidium guajava L.) sebenarnya merupakan tanaman yang berasal dari Amerika, tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Tanaman jambu biji putih dan merah juga dapat berbunga sepanjang tahun. Tanaman ini sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1.200 mdpl (Hapsoh dan Hasanah, 2011)
Ditinjau dari manfaatnya, Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman. Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk pengobatan (terapi) bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan sariawan. Selain buahnya, bagian tanaman jambu biji seperti daun, kulit akar maupun akarnya dapat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit disentri, keputihan, sariawan, kurap, diare, radang lambung, gusi bengkak, dan peradangan mulut, serta kulit terbakar sinar matahari (Cahyono, 2010)
Memahami salah satu fungsi buah jambu biji yang dapat menjadi anti oksidan, maka sudah tentu jambu biji dapat mencegah dampak oksidan dalam tubuh yang disebabkan raikal bebas yang sifatnya merusak. Dampak oksidan dalam tubuh yang disebabkan bebagai macam hal jika dibiakan begitu saja dapat berdampak negatif bagi tubuh, meskipun pada nyatanya dalam tipa-tiap tubuh manusia mengandung antioksidan alminya masing-masing.
Menurut Winarsi (2007), antioksidan dalam pengertian kimia adalah “senyawa pemberi elektron (electron donors) dan secara biologis antioksidan merupakan senyawa yang mampu mengatasi dampak negatif oksidan dalam tubuh seperti kerusakan elemen vital sel tubuh”. Selain itu ia juga menyatakan bahwa keseimbangan antara oksidan dan antioksidan sangat penting karena berkaitan dengan kerja fungsi sistem imunitas tubuh, terutama untuk menjaga integritas dan berfungsinya membran lipid, protein sel, dan asam nukleat, serta mengontrol tranduksi signal dan ekspresi gen dalam sel imun.
Produksi antioksidan di dalam tubuh manusia terjadi secara alami untuk mengimbangi produksi radikal bebas. Antioksidan tersebut kemudian berfungsi sebagai sistem pertahanan terhadap radikal bebas, namun peningkatan produksi radikal bebas yang terbentuk akibat faktor stress, radiasi UV, polusi udara dan lingkungan mengakibatkan sistem pertahanan tersebut kurang memadai, sehingga diperlukan tambahan antioksidan dari luar (Muchtadi, 2009: 3).
Antioksidan di luar tubuh dapat diperoleh dalam bentuk sintesis dan alami. Antioksidan sintetis seperti buthylatedhydroxytoluene (BHT), buthylated hidroksianisol (BHA) dan ters-butylhydroquinone (TBHQ) secara efektif dapat menghambat oksidasi. Namun, penggunaan antioksidan sintetik dibatasi oleh aturan pemerintah karena, jika penggunaannya melebihi batas justru dapat menyebabkan racun dalam tubuh dan bersifat karsiogenik, sehingga dibutuhkan antioksidan alami yang aman. Salah satu sumber potensial antioksidan alami adalah tanaman karena mengandung senyawa flavonoid, klorofil dan tanin. (Lie Jin, 2012)
Berasarkan penjelasan di atas dapatlah dipahami bahwa antioksidan sangat diperlukan sekali oleh tubuh manusia sebab dengannya tubuh mempunyai pertahanan dari serangan oksidan, selain itu juga dalam penjelasan para ahali di atas disebutkan salah satu sumber potensial antioksidan alami adalah tanaman, sebab dalam tanaman dialamnya terkandung senyawa flavonoid, klorofil dan tannin.
Salah satu tanaman yang telah diidentifikasi mengandung antioksidan adalah buah jambu biji, sebab buah jambu biji mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai penghambat berbagai jenis penyakit, diantaranya jenis flavonoid, tanin, minyak atsiri, dan juga terdapat saponin, senyawa polifenol (kuersetin, avikularin, guajaverin, leukosianidin, asam elagat, asam psidiolat amritosid, zat samak, pirogalol) (Sudarsono dkk., 1996).
Buah Jambu biji bagi orang-orang yang mengamalkan hidup sehat kini tidak dipandang sebagai buahnya orang-orang kampung, mereka menganggap buah jambu biji sebagai buah yang selain berharga murah dan enak juga dipandang sebagai buah penuh gizi, apakah itu jambu biji putih maupun merah.
Baik tumbuhan jambu biji putih maupun merah (Psidium guajava L.) sebenarnya merupakan tanaman yang berasal dari Amerika, tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Tanaman jambu biji putih dan merah juga dapat berbunga sepanjang tahun. Tanaman ini sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1.200 mdpl (Hapsoh dan Hasanah, 2011)
Ditinjau dari manfaatnya, Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan minuman. Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk pengobatan (terapi) bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan sariawan. Selain buahnya, bagian tanaman jambu biji seperti daun, kulit akar maupun akarnya dapat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit disentri, keputihan, sariawan, kurap, diare, radang lambung, gusi bengkak, dan peradangan mulut, serta kulit terbakar sinar matahari (Cahyono, 2010)
Memahami salah satu fungsi buah jambu biji yang dapat menjadi anti oksidan, maka sudah tentu jambu biji dapat mencegah dampak oksidan dalam tubuh yang disebabkan raikal bebas yang sifatnya merusak. Dampak oksidan dalam tubuh yang disebabkan bebagai macam hal jika dibiakan begitu saja dapat berdampak negatif bagi tubuh, meskipun pada nyatanya dalam tipa-tiap tubuh manusia mengandung antioksidan alminya masing-masing.
Menurut Winarsi (2007), antioksidan dalam pengertian kimia adalah “senyawa pemberi elektron (electron donors) dan secara biologis antioksidan merupakan senyawa yang mampu mengatasi dampak negatif oksidan dalam tubuh seperti kerusakan elemen vital sel tubuh”. Selain itu ia juga menyatakan bahwa keseimbangan antara oksidan dan antioksidan sangat penting karena berkaitan dengan kerja fungsi sistem imunitas tubuh, terutama untuk menjaga integritas dan berfungsinya membran lipid, protein sel, dan asam nukleat, serta mengontrol tranduksi signal dan ekspresi gen dalam sel imun.
Produksi antioksidan di dalam tubuh manusia terjadi secara alami untuk mengimbangi produksi radikal bebas. Antioksidan tersebut kemudian berfungsi sebagai sistem pertahanan terhadap radikal bebas, namun peningkatan produksi radikal bebas yang terbentuk akibat faktor stress, radiasi UV, polusi udara dan lingkungan mengakibatkan sistem pertahanan tersebut kurang memadai, sehingga diperlukan tambahan antioksidan dari luar (Muchtadi, 2009: 3).
Antioksidan di luar tubuh dapat diperoleh dalam bentuk sintesis dan alami. Antioksidan sintetis seperti buthylatedhydroxytoluene (BHT), buthylated hidroksianisol (BHA) dan ters-butylhydroquinone (TBHQ) secara efektif dapat menghambat oksidasi. Namun, penggunaan antioksidan sintetik dibatasi oleh aturan pemerintah karena, jika penggunaannya melebihi batas justru dapat menyebabkan racun dalam tubuh dan bersifat karsiogenik, sehingga dibutuhkan antioksidan alami yang aman. Salah satu sumber potensial antioksidan alami adalah tanaman karena mengandung senyawa flavonoid, klorofil dan tanin. (Lie Jin, 2012)
Berasarkan penjelasan di atas dapatlah dipahami bahwa antioksidan sangat diperlukan sekali oleh tubuh manusia sebab dengannya tubuh mempunyai pertahanan dari serangan oksidan, selain itu juga dalam penjelasan para ahali di atas disebutkan salah satu sumber potensial antioksidan alami adalah tanaman, sebab dalam tanaman dialamnya terkandung senyawa flavonoid, klorofil dan tannin.
Salah satu tanaman yang telah diidentifikasi mengandung antioksidan adalah buah jambu biji, sebab buah jambu biji mengandung berbagai zat yang berfungsi sebagai penghambat berbagai jenis penyakit, diantaranya jenis flavonoid, tanin, minyak atsiri, dan juga terdapat saponin, senyawa polifenol (kuersetin, avikularin, guajaverin, leukosianidin, asam elagat, asam psidiolat amritosid, zat samak, pirogalol) (Sudarsono dkk., 1996).
Belum ada Komentar untuk "Buah Jambu Biji Ternyata Mengandung Anti Oksidan"
Posting Komentar