Ken Arok, Terbunuh Ketika Makan Sore

Tampaknya Anusapati telah lama mengamati gerak-gerik Ken Arok, membunuhnya susah, sebab selain sakti, Ken Arok juga seorang Raja yang tentu dikelilingi pasukan pengawal raja yang sangar-sangar. Tapi Anusapati rupanya menemukan waktu yang pas untuk membunuh ayah tirinya, yaitu ketika Ken Arok makan sore.

Kisah pembunuhan Ken Arok, Raja Singsari yang mampu bermetamorfosa menjadi kampret ini dikisahkan dalam Naskah Pararaton dengan panjang lebar, diceritakan pula sebab-sebab dendamnya Anusapati terhadap ayah tirinya itu.

Baca Juga: Ken Arok dan Kampret

Anusapati Mendendam

Anusapati dalam pararaton digambakan sebagai anak tiri Ken Arok, dahulu ketika Ken Arok merebut Kendedes dari tangan Tunggul Ametung, Ken Dedes dalam keadaan mengandung. Tunggul Ametung sendiri mulanya penguasa Tumapel ia dibunuh oleh Ken Arok dengan cara-cara licik, sehingga kemudian ia menjadi penguasa Tumapel.

Sejak kecil Anusapati diperlakukan berbeda oleh Ken Arok, adik-adiknya diberi kasih sayang dan perhatian, sementara ia tidak demikian. Ia bertanya-tanya dalam hatinya mengapa Ken Arok yang mulanya dianggap sebagai ayah kandungnya bersikap demikian.

Ketika Anusapati menjelang dewasa, ia mendesak ibunya agar menceritakan jati dirinya. Mulanya ibunya berkelit, akan tetapi karena rasa kasihan dengan perlakuan tidak adil yang didapat anaknya, Ken Dedes membuka rahasia yang berpuluh-puluh tahun ia tutup-tutupi.

Kendedes mewartakan pada Anusapati, bahwa sebenarnya ia adalah anak Tunggul Ametung yang dahulu dibunuh oleh Ken Arok. Seperti tersambar petir, begitulah perasaan Anusapati waktu itu. Mulai selepas itu Anusapati memaklumi mengapa ayah tirinya bersikap tidak adil terhadapnya. Akan tetapi, dalam masa-masa itu rupanya timbul dendam dalam diri Anusapati. Ia berencana membunuh Ken Arok.

Baca Juga: Keturunan Ken Arok

Rencana Pembunuhan Ken Arok

Membunuh seorang Raja meskipun berhasil, jika dilkukan terang-terangan tentu akan membahayakan si pembunuh sendiri, hukumnya berat, bisa ditangkap prajurit kerajaan dan dibunuh.

Oleh karena itu, Anusapati merencanakan pembunuhan Ken Arok dengan matang, mula-mula ia mencuri keris Empu Gandring yang dahulu pernah digunkan Ken Arok untuk membunuh ayahnya.
Selanjutnya, Anusapati merekrut pembunuh bayaran yang kemudian ia susupkan ke Istana sebagai seorang pelayan.

Pembunuh bayaran yang ditugasi Anusapati untuk membunuh Ken Arok dalam pararaton disebut sebagai seorang yang berasal dari desa Batil. Waktu dan perencanaan pembunuhanpun kemudian ditetapkan dengan matang, waktunya ketika Ken Arok makan sore.

Kematian Ken Arok

Dalam tradisi jamuan makan yang berlaku di beberapa keraton yang ada di Jawa, tentunya bilamana Raja dan keluarganya hendak makan maka para pelayan menyiapkan segala sesuatunya untuk sang Raja. Dalam kondisi semacam ini pelayan dan Raja seperti tak mempunyai jarak. Begitupun dengan tradisi makan keluarga Kerajaan Singsari dizamannya.

Ketika tiba waktunya makan sore, dimana kondisi Keraton memasuki masa tenangnya,  Ken Arok menyantap hidangan yang menghampar didepannya, tiada sedikitpun ia curiga pada para pelayan yang mondar-mandir dibelakangnya, ia tetap dengan khusu menyantap hidangan.

Pada kondisi semacam itulah, pelayan yang sudah dipersiapkan untuk membunuh Ken Arok beraksi, dari belakang ia menusukan keris Empu Gandring ke punggung Ken Arok. Raja sakti itupun kemudian sekarat dan wafat.

Untuk menutupi jejaknya sebagai dalang pembunuhan, dengan sigap Anusapati gentian membunuh Pelayannya. Dendam Anusapati terlampiaskan, iapun kemudian menjadi Raja Singsari selanjutnya.

Baca Juga: Ken Arok Si Temon Dari Kediri

2 Komentar untuk "Ken Arok, Terbunuh Ketika Makan Sore"

  1. Sejarah Indonesia nggak bisa di susun authentic ilmiah nya karena banyak mistik supernatural dan realita yang saling berbaur

    BalasHapus
  2. akhirnya karma sejarah terjadi, Anusapati gugur di tikam keris Empu Gandring oleh Mapanji Tohjaya, putera kesayangan Ken Arok dari pernikahannya dengan Ken Umang

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel