D.N. Aidit, Tak Nyaman Dipanggil Ahmad

D.N. Aidit, tokoh senior pimpinan Partai Komunis Indonesia berdarah Minang ini dinamai oleh kedua orang tuanya dengan nama “Ahmad Aidit” atau dalam ejaan lama dituliskan "Achmad Aidit", ia dipanggil oleh sanak kerabatnya dengan panggilan Amat, sementara Aidit ada yang menyatakan sebagai nama sebuah marga Arab, meskipun belakangan ada juga yang membantahnya, begitulah sekelumit tentang jati diri D.N Aidit yang tercatat dalam lembaran sejarah yang beredar.

Ada kisah yang melatar belakangi seorang Aidit sehingga ia mencampakan nama aslinya (Ahmad) kemudian ia tukar dengan nama Dipa Nusantara (D.N).

Ahmad sejatinya bukan sembarang nama, kedudukan nama tersebut dalam kalangan orang Islam sama halnya dengan nama “Muhamad” sebab memang nama lain dari Nabi akhir zaman menurut Islam selain Muhamad adalah Ahmad.

Dalam al-Quran disebutkan;
“Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad“. (As-Shof, 06)

Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa Nabi yang datang setelah Isa As, sekaligus yang menjadi pamungkas dari para Nabi bernama Ahmad.

Maksud Ahmad dari ayat quran di atas tiada lain dan tiada bukan adalah Nabi Muhamad. Hal ini sesuai dengan pengakuan Nabi Muhamad sendiri, yang menyatakan;

“Aku memiliki beberapa nama. Aku adalah Muhammad dan aku juga Ahmad; Aku adalah Al Mahi karena Allah menghapuskan kekufuran dengan perantara diriku; Aku adalah Al Hasyir karena manusia dikumpulkan di di atas kakiku; dan aku adalah Al ‘Aqib, karena tidak ada lagi nabi setelahku.” (HR Bukhori 2354 dan Muslim 4896).

Orang tua DN. Aidit yang dikisahkan sebagai tokoh Muhamadiyah dan Masyumi di Belitung itu tentu punya alasan kuat, kenapa mereka memberikan nama sebagus itu untuk anak laki-lakinya. Mungkin harapannya agar anaknya setidak-tidaknya dapat mencontoh keteladanan nabinya.

Tapi harapan orang tuanya itu sepertinya bertolak belakang dengan kenyamanan Aidit sendiri. Menjelang Dewasa, ketika Aidit merantau ke Jakarta untuk kemudian masuk pada sekolah Belanda serta banyak menyantap buku-buku Marxisme, agaknya ia mulai tidak menyenangi nama aslinya yang dianggap syarat akan keislaman. Memang kedengaranya lucu juga jika seorang Ahmad, Husain, atau Ibrahim menjadi pengamal ajaran Marxisme dengan Komunisnya.

Aidit yang semejak kecil dididik ahlaq dan ilmu-ilmu keagamaan oleh orang tuanya yang agamis tentu bukan tipe anak yang kurang ajar pada kedua orang tuanya, meskipun ia kurang nyaman pada nama Ahmad yang menempel pada identitasnya, ia rupanya meminta izin terlebih dahulu kepada orang tuanya sebelum benar-benar mencampakan nama Ahamad dideretan identitasnya.

Kabarnya, ketika Aidit meminta izin kepada ayahnya untuk mengganti nama Ahamad dengan Dipa Nusantara, ayahnya menyutujuinya begitu saja. Meskipun dalam catatan lain sebagaimana yang diungkapkan Julious Pour (2010; 19), mulanya orang tuanya agk keberatan, faktor keberatan bukan karena apa-apa, tapi karena persoalan tertib administrasi, sebab nama Ahmad sudah tercetak pada slip gajih ayahnya sebagai pegawai dinas kehutanan. Pasti akan timbul kesulitan kalau tiba-tiba dimunculkan nama lain,” Cuma pada titik itulah kebertan orang tuanya.

Selain dari soal tertib administrasi, sepertinya tidak ada firasat atau pikiran buruk bagi ayahnya sehingga anaknya mau mengganti nama pemberiannya.

Secara resmi perubahan nama dari Ahmad Aidit menjadi Dipa Nusantara Aidit diresmikan pada akhir era Belanda di Indonesia sebelum kedatangan Jepang. Perubahan nama itu, pada akhirnya, menegaskan juga perubahan pandangan hidupnya.

Pandangan hidup D.N. Aidit dalam berbangsa dan bernegara kian mantap, ia memantapkan diri untuk melakoni perjuangan politiknya secara lebih revolusioner demi membela kaum buruh-tani yang tertindas, dan nantinya ia dikenal sebagai salah satu pentolan Partai Komunis Indonesia, melalui partai itulah ia berjuang membangun bangsanya, hingga terbunuh di Boyolali karena dituduh makar.

Baca juga: Akhir Hayat D.N Aidit Di Boyolali

4 Komentar untuk "D.N. Aidit, Tak Nyaman Dipanggil Ahmad"

  1. apa arti nama dipa nusantara ?

    BalasHapus
  2. Dipa = Cahaya
    Nusantara = Kepulauan Indonesia

    BalasHapus
  3. Dipa Nusantara itu bahasa sang sekerta artinya Pemersatu Bangsa .
    Kalo lihat dari nama bahwa figur Aidit adalah seorang Nasionalis .

    BalasHapus
  4. Mungkinkah Aidit saat itu .. sudah meninggal kn agama Islam.. menjadi Ateis

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel